Thursday, June 16, 2011

Otak Tycoon

Setiap pagi, kita terbangun untuk menatap langit-langit kamar. Lalu menengok kanan kiri, melihat keadaan sekeliling. Orang terkasih, guling dan bantal yang bertebaran, atau boneka teman tidur. Meraih handphone, mematikan alarm. Sambil berpikir apa yang akan dilakukan hari ini, mau pakai baju apa dan sepatu apa. Duduk di sisi tempat tidur, mulai membaca pesan-pesan yang masuk di handphone selama kita tertidur. Kemudian melangkahkan kaki ke arah kamar mandi. Membuang hasil endapan semalam, terserah dari mana saja. Pikiran kembali bekerja, mandi dulu atau meraih sarapan dulu. Ah, mandi dulu saja.

Saat dihujani dengan air mandi inilah, pikiran mulai terbangun dan dijahili oleh berbagai macam pikiran, pertimbangan, masukan, saran, kritik, semuanya campur aduk. Operator otak pasti sedang sibuk mengolahnya. Dalam bayanganku, mungkin dia seperti produser tayangan langsung di televisi yang sedang sibuk menunjuk-nunjuk dan mengarahkan krunya untuk pindah dari kamera satu ke kamera lainnya. "Iklan!" Begtiu mungkin teriaknya. Dan saat itu sepertinya kita tersadar dari lamunan di bawah pancuran air.

Berbagai pikiran memang datang silih berganti. Ada shiftnya, ada gilirannya. Hari ini mungkin yang jadi tema pikiran adalah pekerjaan, hari berikutnya keuangan, hari berikutnya liburan, hari berikutnya kosong alias tak mikir apa-apa, hari berikutnya merancang akhir pekan, hari berikutnya keluarga, dan begitu seterusnya. Kali ini, bagian pengarsipan otak yang sibuk. Mencari box arsip lalu menambahkan catatan baru pemikiran dalam arsipnya. Lalu ketika pikiran kita mulai berpindah ke topik lain, si pengarsip pun sibuk mengembalikan box sebelumnya dan segera mencari box berikutnya. I wonder ada berapa pekerja di bagian arsip. Dan berapa besar ruangan arsip otak kita ini.

Setiap saat kita menatap atau hanya sekedar melihat sesuatu dengan mata ini, pasti ada saja sesuatu yang terbersit di dalam pikiran ini. Kadang hanya sepintas lalu, kadang jadi dipikirin. Ah, mungkin sedang melankolis saja. Tidak, setiap benda seperti menjadi pengingat akan sesuatu hal. Sesuatu hal yang boleh dipikirkan lebih lanjut atau sebaiknya hanya jadi obrolan ringan. Nah, kali ini saja otaknya sudah bingung, jadi maunya bagaimana.

Memang, Tuhan itu begitu hebat menciptakan ini semua. Jika saja dengan mudah manusia bisa mengakses semua arsip dalam otaknya, tanpa perlu bantuan si pengarsip itu. Jika saja semuanya semudah bermain the Sims atau semua game Tycoon itu. Jika saja.


No comments:

Post a Comment