Saturday, June 27, 2009

pengendara motor indonesia masih jauh dari langit

Sudah dengarkah bahwa ada rencana pemerintah untuk mengijinkan motor melalui jalan tol? Seperti yang telah dilakukan di Suramadu?

Ya. Reaksi pertama saat mengetahuinya: terkejut. Membayangkan bagaimana chaos yang akan terjadi. Bagaimana kecelakaan semakin sering terjadi. Bagaimana batal sudah Jakarta punya MRT. Bagaimana jalan tol bukan lagi jalur bebas hambatan.


Bagaimana tidak berpikir seperti itu. Pertama, jalan tol tanpa motor pun sudah carut marut dengan kendaraan pribadi yang beradu dengan kendaraan berat. Semuanya berpacu, saling menyalip, bahkan memperlambat laju kendaraan lainnya. Tanpa motor pun, semua kendaraan ini sudah sering tidak berada di jalur yang tepat. Bahu jalan pun bukan lagi tempat berhenti, tapi jalur menyalip yang lebih ekspress daripada jalur paling kanan.


Kedua, disiplin pengendara. Di jalanan biasa saja, motor akan menyalip di antara mobil mencari jalur terkecil yang dapat dilaluinya.

Lampu merah diterabas. Jalur dilanggar. Melawan arah dianggap sebagai keuntungan karena naik motor. Malam minggu adalah malam sibuk polisi karena mengamankan pengendara motor yang kebut-kebutan.

Ketiga, keamanan pengendara. Baru saja saya lihat, satu motor berisi 3 orang dewasa, hanya 2 yang pake helm, itu pun helm 5ribuan. Lalu melintas di depan saya, satu motor berisi sepasang suami istri dengan anaknya yang kecil berdiri di antara mereka, tanpa helm! Hal yang sangat berbahaya untuk dilakukan. Oh tidak!! Kayak begitu mau melalui jalan tol?


Tak terbayang, jika kita melintas di jalan tol, tiba2 ada motor menyalip patah dari kiri. Lalu ada yang melawan arah, mengambil helm lah, mau mundur karena pintu keluarnya terlewati lah, ah tidak. Apapun alasannya, sungguh di luar akal.


Lalu, potensi digunakannya jalan tol sebagai arena balapan motor. Terutama di JORR yang relatif sepi saat malam hari.


Aturan UU jangan diterjemahkan mentah. Mungkin hal ini dapat diaplikasikan di Suramadu karena jalurnya sudah disiapkan dan dirasa diperlukan karena fungsinya sebagai penghubung pulau dan alternatif jalur laut.


Semoga saja warga Jakarta tidak diberikan satu alasan tambahan kenapa kota ini makin berantakan.